Sabtu, 11 April 2015

RISET KEPERAWATAN (Desain Penelitian)

DESAIN PENELITIAN
A.    Definisi Desain Penelitian
Agar suatu peneliti dapat mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan maka perlu ditetapkan dahulu desain penelitiannya. Adapun yang dimaksud dengan desain penelitian disini adalah macam atau jenis penelitian tertentu yang terpilih untuk dilaksanakan dalam rangka mencaapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan.
Jika ditinjau dari kehendak untuk mencapai tujuan penelitian, maka peranan desain penelitian adalah amat penting. Peranan tersebut setidak-tidaknya dapat dibedakan atas dua macam yaitu :
  1. Sebagai alat untuk mencapai tujuan penelitian. Memilih suatu desaain penelitian berarti menetapkan macam atau jenis penelitian yang akan dilaksaanakan. Peranan desain penelitian disini adalah sama dengan peranan penelitian itu sendiri yakni sebagai alat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
  2. Sebagai pedoman dalam melaksankan penelitian. Karena setiap macam atau jenis penelitian meneliti tata laksana tersendiri, maka pemilihan terhadap suatu desain penelitian berarti sekaligus memilih pula tatalaksananya. Tatalaksana ini pada dasaarnya adalah suatu pedoman yang harus dipakai sebagai pegangan dalam melakukan penelitian.

Dengan perkataan lain peranan suatu desain penelitian dapat diibaratkan sebagai kendaraan bagi para penumpang, yang akan mengantarkannya sampai ke tujuan, serta juga sebagai rambu-rambu lalu lintas yang akan menuntun keselamatan dalam perjalanan.
Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur penelitian. Desain penelitian yang umumnya digunakan di bidang keperawatan adlah rancangan penelitian deskriptif (korelasi, cross sectional), rancangan observasional (case control, cohort), dan rancangan intervensi atau eksperimen (preexperimental, true experimental, dan quasy experimental). (Aziz Alimul Hidayat. 2007)
Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian. Desain penelitian mengacu pada jenis atau macam penelitian yang dipilih untuk mencapai tujuan penelitian, serta berperan sebagai alat dan pedoman untuk mencapai tujuan tersebut. Desain penelitian membantu peneliti untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan penelitian dengan sahih, objektif, akurat serta hemat.
Desain harus disusun dan dilaksanakan dengan penuh perhitungan agar dapat menghasilkan petunjuk empiris yang kuat relevansinya dengan pertanyaan penelitian. Terdapat hal penting yang perlu dinilai sebelum kita menentukan jenis penelitian yaitu :
Pertama, sejak awal peneliti harus menentukan apakah akan dilakukan intervensi dalam penelitian tersebut, yaitu dengan melakukan penelitian intervensional (eksperimental) atau apakah hanya melakukan pengamatan saja tanpa intervensi yaitu dengan melakukan observasional.
Kedua, bila peneliti memilih studi observasional, perlu ditentukan apakah akan mengadakan pengamatan sewaktu (croosectional) atau melakukan follow up dalam jangka waktu tertentu (longitudinal). Ketiga, apakah akan dilakukan studi retrospektif yaitu meneliti peristiwa yang sudah berlangsung atau prospektif yaitu dengan mengikuti subyek untuk meneliti peristiwa yang belum terjadi.

B.     Jenis Penelitian Observasional
Berbagai bentuk penelitian observasional antara lain adalah : deskriptif (survey, studi kasus) dan anlitik (crossectional, sub control, dan cohort)
  1. Penelitian Observasional Deskriptif

Metode penelitian deskritif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalhan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan, membuat kesimpulan dan laporan.
Metode penelitian deskriptif juga diharapkan seorang eneliti berusaha untuk memaprkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdaasarkan data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasikan data. Penelitian ini juga bisa bersifat komparatif, korelatif, ataupun analitik.
Masalah yang layak diteliti dalam penelitian ini adalah masalah yang sedang banyak dihadapi saat ini, khususnya dibidang pelayanan kesehatan. Masalah ini baik yang berkaitan dengan aspek yang cukup banyak, menelaah satu kasus tunggal, mengadakan perbandingan  antara satu hal dengan hal yang lain, melihat pengaruh sesuatu terhadap faktor yang lain atau melihat hubungan suatu gejala dengan faktor yang lain.
Contoh :
Penelitian mengenai sikap para petugas kesehatan dipoli pada pasien yang berkunjung, atau studi tentang tingkat kepuasan pasien yang dirawat di ruang rawat  Dahlia Bedah RSUD Dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Hasil dari penelitian tersebut adalah pemaparan bagaimana sikap seorang petugas jaga dipoli rawat jalan, dan juga bagaimana tingkat kepuasan seorang pasien yang sedang dirawat di ruang rawat  Dahlia Bedah RSUD Dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
Contoh :
  • Survai mengenai sikap para petugas kesehatan (perawat) terhadap pasien yang dirawat di bangsal bedah.
  • Persepsi pasien yang datang ke pengobatan alternative sangkal putung.
  • Penelitian tentang tingkat kepuasan pasien yang dirawat di ruang Menur RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
  • Gambaran klinis dan laboratorium penderita nefrotik syndrome.

Ciri-ciri penelitian deskriptif adalah :
  • Pada umumnya bersifat menyajikan potret keadaan yang bisa mengajukan hipotesis atau tidak
  • Merancang cara pendekatan, hal yang mmeliputi mecam datanya, penentuan sampelnya, penentuan metode pengumpulan datanya dan penyajian hasilnya.
  • Tidak perlu kelompok pembanding.
  • Tidak mencari penyebab suatu masalah.
  •   Mengumpulkan data.
  • Penyusunan laporan.

Langkah-langkah Penelitian Deskriptif
Secara umum langkah-langkah yang harus ditempuh dalam penelitian deskriptif ini tidak berbeda dengan metode penelitian yang lain, yaitu :
  •  Memilih masalah yang akan diteliti.
  • Merumuskan dan mengadakan pembatasan masalah, kemudian berdasarkan masalah tersebut diadakan studi pendahuluan untuk menghimpun informasi dan teori sebagai dasar penyusunan kerangka konsep penelitian.
  • Dalam peneltian deskriptif tidak diharuskan memakai hipotesis.
  • Menentukan desain penelitian, metode pengumpulan data, kriteria atau kategori untuk membedakan data yang akan diteliti dan yang tidak diteliti.
  • Menentukan teknik dan alat pengumpul data (instrument/kuosioner)
  • Melaksanakan penelitian atau pengumpulan data.

Macam penelitian deskriptif antara lain adalah :
  • Survey
          Adalah suatu cara penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap sekumpulan obyek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu. Keuntungan dari survey adalah dapat menjaring responden secara luas dan dapat mendapatkan informasi yang bermacam-macam serta hasil informasi dapat dipergunakan untuk tujuan lainnya.
  •       Case Studi/studi kasusDilaksanakan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri ari unit tunggal. Unit tunggal disini dapat berarti satu orang, kelompok penduduk yang terkena suatu masalah misalnya keracunan atau suatu kelompok masyarakat disuatu daerah. Tujuannya adalah untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial, individu, kelompok, lembaga ataupun masyarakat.Cirri-ciri studi kasus
1)      Cenderung untuk meneliti sejumlah unit yang kecil, tetapi mengenai variable dan kondisi yang besar jumlahnya.
2)      Penelitian kasus sangat berguna untuk informasi latar belakang guna merencanakan yang lebih besar dalam ilmu kesehatan dan sosial.
3)      Penelitian kasus memberikan contoh yang berguna berdasarkan data yang diperoleh untuk member gambaran mengenai penemuan yang disimpulkan dengan statistic.
Kelemahan studi kasus
1)      Tidak memungkinkan generalisasi yang objektif pada populasi sebab perincian kasus memang sangat terbatas representatifnya.
2)      Hasilnya kurang obyektif

2. Penelitian Observasional Analitik
           Pada penelitian analitik, peneliti mencoba mencari hubungan antara variable. Penelitian ini perlu dilakukan analisis terhadap data yang dikumpulkan, seberapa besar hubungan antar variable yang ada, perlu juga diketahui apa variable kontrolnya. Oleh karena itu pada penelitian ini perlu adanya hipotesis. Penelitian analitik pada umumnya berusaha menjawab pertanyaan mengapa serta disebut juga penelitian eksplanatory. Lebih lanjut, penelitian survey yang bersifat analitik juga dibedakan lagi menjadi 3 macm, yaitu studi cross sectional, sub control, dan cohort
  •      Cross SectionalDalam penelitian seksional silang, bariabel sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur dan dikumpulkan secara simultan, sesaat atau satu kali saja dalam satu kali waktu (dalam waktu yang bersamaan), pada studi ini tidak ada follow up.Cross sectional bisa digunakan dala penelitian deskriptif maupun analitik. Adapun langkah-langkah pada studi cross sectional adalah sebagi berikut :

1)      Merumuskan pertanyaan penelitian beserta hipotesis yang sesuai.
2)      Mengidentifikasi variable penelitian (bebas dan tergantung)
3)      Menetapkan subyek penelitian
4)      Melakukan pengukuran faktor risiko dan efek
5)      Melakukan analisis.
Contoh :
1)      Menetapkan pertanyaan penelitian : Apakah ada hubungan antara kebiasaan memakai obat nyamuk semprot dengan kejadian BKB (batuk kronik berulang) pada anak balita.
Hipotesisnya yang sesuai tentunya terdapat hubungan antara pemakaian obat nyamuk semprot dan angka kejadian BKB pada anak balita.
2)      Identifikasi Variabel
a)      Faktor resiko yang diteliti : penggunaan obat nyamuk semprot
b)      Efek : BKB pada balita
c)      Faktor resiko yang tidak diteliti : riwayat asma dalam keluarga, tingkat sosial ekonomi, jumlah anak, kebiasaan orang tua merokok,dll.
3)      Penetapan subyek penelitian
a)      Populasi terjangkau : Balita pengunjung poliklinik yang tidak mempunyai riwayat asma dalam keluarga, kebiasaan orang tua merokok, tingkat sosial ekonomi keluarga tertentu, tingkat pendidikan orang tua
b)      Sampel : dipilih sejumlah anak balita sesuai dengan estimasi besar sampel, bisa menggunakan random sampling.\
4)      Pengukuran
a)      Faktor risiko : ditanyakan apakah dirumah biasa menggunakan obat nyamuk semprot dan lain-lain.
b)      Efek dengan kriteria tertentu ditetapkan apakah subjek menderita BKB.
5)      Analisis
Analisis yang digunakan bisa menggunakan table 2x2, regresi multiple atau regresi logistic.
Kelebihan penelitian Cross sectional
1)      Keuntungan utama desain ini adalah memungkinkan penggunaan populasi dari masyarakat umum.
2)      Desain relative mudah, murah, dan hasilnya cepaat dapat diperoleh
3)      Dapat dipakai untuk meneliti sekaligus banyak variable.
Kekurangan penelitian Cross sectional
1)      Sulit menentukan sebab dan akibat karena ppengambilan dan risiko dan efek dilakukan pada saat bersamaan. Akibatnya sering tidak mungkin ditentukan mana yang sebab mana yang akibat.
2)      Memungkinkan kesalahan interpretasi hasil karena hasil yang didaptkan adalah ditentukan secara bersamaan.
  •  Kasus Kontrol (case control)Adalah suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana variable bebas/ faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendektan retropektif, yaitu rancang bangun dengan melihat kebelakang dari suatu kejadian yang berhubungan dengan kejadian kesakitan yang diteliti. Contoh penelitian case control, penelitian tentang terjadinya masalah gizi (obesitas) pada seseorang ibu yang tidak bekerja. Ada 2 kelompok sampel pada penelitian ini, kelompok kasus pada ibu yang tidak bekerja dan mangalami masalah gizi (obesitas) dan kelompok control pada ibu tidak bekerja yang status gizinya normal.
    Cara Melakukan Rancangan Case ControlBerikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam rancangan penelitian case control :
1)      Mengidentifikasi variable penelitian
Contoh, penelitian dengan judul : Hubungan antara Bayi Berat lahir Rendah (BBLR) dengan Kebiasaan Merokok pada Ibbu Hamil.
Variable yang diidentifikasi adalah sebagai berikut :
Variable independen         : kebiasaan merokok
Variable dependen            : berat badan bayi ketika dilahirkan
Variable kendali                : usia dan paritas
2)      Menetapkan populasi penelitian
Contoh : populasi penelitiannya adalah ibu yang melahirkan jika dilihat dari jumlah kasus yang ada, kemudian diambil sampel dengan menggunakan teknik sampling yang dikehendki peneliti.
3)      Mengidentifikasi kasus yang akan diteliti
Contoh : kasus yang diteliti adalah kasus ibu melahirkan dengan bayi beray badan rendah pada tahun berapa ?
4)      Memilih subyek control
Contoh : kelompok control adalah para ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan normal (>2500 gram) dengan usia atau paritas yang sama.
5)      Melakukan pengukuran secara retrospektif
Contoh : mencari kasus ibu yang melahirkan bayi berat lahir rendah dan sewaktu hamil memiliki kebiasaan merokok (termasuk frekuensi merokok sehari-hari).
6)      Menganalisis data
Melakukan uji statistika untuk melihat ada tidaknya hubungan antara ibu perokok dengan kejadian BBLR.

  • Penelitian CohortPenelitian cohort merupakan penelitian epidemiologis non eksperimental yang mengkaji antara variable independen (faktor resiko) dan fariabel dependen (efek kejadian atau penyakit). Pendekatan yang digunakan pada rancangan penelitian ini adalah pendekatan waktu secara longitudinal. Oleh karena itu, penelitian kohort ini disebut juga sebagai penelitian prospektif. Peneliti yang menggunkan rancangan ini mengobservasi variable independen (faktor resiko ) terlebih dahulu, kemudian subjek diikutii hingga priode waktu tertentu untuk melihat pengaruh variable independen terhadap variable dependen (kejaidan atau penykit yang diteliti) (Nursalam, 2003).Cara melakukan Rancangan CohortContoh :
    Judul penelitian : Hubungan Komunikasi Teraupetik dengan Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah.Berdasarkan judul tersebut, maka langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian adalah :
1)      Mengidentifikasi variable penelitian
Contoh :
Variable independen         : komunikasi teraupetik
Variabel dependen            : tingkat kecemasan
2)      Menetapkan populasi penelitian
Populasinya adalah sejumlah anak usia prasekolah yang dirawat diruang anak. Sampel diambil menggunakan teknik sampling yang dikehendaki peneliti.

3)      Mengidentifikasi subjek penelitian
Mengidentifikasi anak usia prasekolah dengan komunikasi teraupetik yang baik dan mengidentifikasi anak usia prasekolah yang dirawat dengan komunikasi teraupetik yang kurang baik.
4)      Mengobservasi perkembangan subjek penelitian
Mengobservasi perkembangan subjek penelitian dari  komunikasi yang baik dan kurang baik, untuk kemudian dilihat efeknya terhadap tingkat kecemasannya.
5)      Analisis data
Menganalisis data secara statistika untuk mencari keterkaitan antara komunikasi terupetik dengan tingkat kecemasan.

3     c. Rancangan penelitian Ekperimen
Penelitian ekperimen dalam keperawatan meliputi pre experimental design,true experimental design, dan quasy experimental design.

  • Pre Experimental Design

Rancangan ini merupakan rancangan penelitian eksperimen yang  paling lemah dan tidak digunakan untuk membuktikan kausalitas. Pre experimental design terdiri atas one shot case study, pretest-pretest design dan static group comparison.

One shot case study
Penelitian ini dilakukan dengn memberikan intervensi/perlakuan untuk kemudian dilihat dampaknya atau pengaruhnya /hasil pengamatan seperti penelitian berikut : “Pengaruh PKMRS terhadap Tingkat Kepatuhan Kontrol
.” Kegiatan yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah, subjek diberikan penyuluhan tentang kesehatan masyarakat, kemudian dilihat dampaknya terhadap tingkat kepatuhan control.

Pre test-post test design
Penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan pretest (pengamatan awal) terlebih dahulu sebelum diberikan intervensi, Setelah diberikan intervensi, kemudian dilakukan kembali posttest (pengamatan akhir).

Static group comparison
Rancangan ini merupakan rancangan preeksperimental dengan cara menmbah kelompok control. Caranya adalah pada kelompok perlakuan setelah diberikan perlakuan, lalu dilakukan pengamatan, sedangkan pada kelompok control hanya dilakukan pengamatan saja.

Kelemahan desain preexperimental ini adlah akan terdapat bnyak variable-variabel luar yang berpengaruh dan sulit dikontrol sehingga tingkat validitas akan berkurang atau akan menyebabkan hasil intervensi yang di dapat kurang akurat.

  • True Experimental Design (Desain Eksperimen Murni)

True experimental design merupakan jenis rancangan penelitin yang mempunyai ketelitian tinggi karena sampelnya dipilih secara acak dan ada kelompok kontrolnya. Pada penelitian ini semua variable luar dapat dikontrol sehingga rancangan ini dapat dikenal dengan experiment yang betul-betul experiment.
Ada tiga jenis true experimental design, yakni 1) randomized pretest-posstest control group design, 2) randomized posstest only control design, 3) solomom four group design.

Randomized Pretest-Posstest Control Group Design
Model rancangan ini adalah ada dua kelompok yang dipilih secara acak, lalu diberi pretest untuk mencari perbedaan dengan kelompok control terhadap eksperimen yang digunakan.
Randomized Posstest Only Control Design
Cara yang digunakan untuk model rancangan ini adalah ada dua kelompok yang dipilih secara acak, kemudian satu kelompk diberi perlakuan, sedangkan yang lainnya tidak diberi perlakuan dan kemudian langsung diamati atau diukur.

Solomom Four Group Design
Cara yang digunakan dalam rancangan ini adalah mengambil sampel yang telah diacak sebelumnya, kemudian dibagi dalam empat kelompok, kelompok pertama dilakukan observasi/pengamatan, kemudian diberikan perlakuan lalu diukur/diobservasi. Pada kelompok kedua dilakukan observasi awal tanpa perlakuan kemudian diukur/diamati. Untuk kelompok ketiga langsung diberi perlakuan dan sesudahnya dilakukan pengamatan, sedangkan pada kelompok keempat langsung dilakukan pengamatan.

  • Quasy Experimental Design (Desain Eksperimen Semu)

Rancangan ini merupakan bentuk desain eksperimen yang lebih baik validitas internalnya daripada rancangan preeksperimental dan lebih lemah dari true experimental. Desain ini terdiri atas time series design, nonequivalent control group design, equivalent time sampel design, dll.

Time Series Design
Dalam rancangan ini, pada sampel penelitian, sebelum dilaksanakannya perlakuan dilakukan observasi beberapa kali dan sesudah perlakuan juga dilakukan beberapa kali observasi.

 Nonequivalent Control Group Design
Sampel pada penelitian ini diobservasi terlebih dahulu sebelum diberi perlakuan, kemudian setelah diberikan perlakuan sampel tersebut diobservasi kembali.
Equivalent Time Sampel Design
Sampel penelitian dipilih dalam rancangan ini adalah dua sampel yang ekivalen waktunya. Sampel A diberikan perlakuan X dan sampel B tidak diberikan perlakuan, keduanya kemudian diobservasi dan dilakuak secara berulang-ulang. Bentuk ini adalah bentuk berulang dari one group experiment, penjelasan bisa dilihat pada gambar dibawah ini :

X1OX0O                      X1OX0O          dan seterunya diulang
Ekivalen                      ekivalen

Keterangan :
X1          : diberi perlakuan
X0          : tidak diberi perlakuan
O         : observasi.



DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Dr. Saifuddin MA. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.Jakarta : Salemba Medika
Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu           Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika
Setiadi. 2007. Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Syaodih, Nana. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT            Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar